News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Adik Kandungku Dibooking Suamiku, 2 Kali...

Adik Kandungku Dibooking Suamiku, 2 Kali...

 


Malam turun perlahan di Tebo, Jambi. Lampu-lampu toko mulai meredup, menyisakan lorong sempit yang menjaga rahasia lebih rapat dibanding dinding-dinding rumah. Di salah satu ruko itu, suara bisik-bisik dan langkah gugup pernah singgah—dan dari sinilah awal kisah pahit itu mulai bergerak.


S tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah menjadi semacam babak kelam dalam novel murahan. Suaminya, R, belakangan berubah seperti bayangan yang sulit ditebak. Pulang larut, berbicara dingin, dan selalu tampak menyembunyikan sesuatu di balik layar ponsel yang ia peluk seolah nyawanya sendiri.


S memendam curiga berhari-hari. Namun malam itu, ketika ia akhirnya menemukan percakapan tersembunyi di ponsel R, hatinya seperti dirobek dari dalam. Nama yang tertera di sana bukan nama asing, bukan perempuan lain dari kampung sebelah.


Nama itu—yang menusuk jantungnya lebih dalam daripada seribu perselingkuhan—adalah nama adiknya sendiri: D.


Dara kecil yang dulu ia gendong. Gadis yang ia ajari mengikat rambut. Orang yang ia lindungi dari dunia, justru mencuri dunia itu darinya.


---


Angin malam mengibaskan gorden ruko ketika S melangkah masuk dengan dada yang bergemuruh.


Padahal beberapa menit sebelumnya, di dalam ruko tersebut, dua nafas berpacu. Peluh berjatuhan. Kulit saling beradu. Terkadang diselingi suara halus desahan........


 Video yang beredar kemudian hanya menangkap sebagian dari badai yang terjadi di sana—tapi di hadapan S, semuanya terasa sangat nyata.


“Kejadiannya di ruko?” suara S bergema, serak namun tegas.


D berdiri di hadapannya, menunduk seperti anak kecil ketahuan berbuat nakal. Tapi ini bukan kenakalan—ini penghianatan yang mengiris keluarga dari tengah.


“Kamu dichat kok langsung mau nyamperin suamiku di ruko? Kamu dibayar berapa?”


Pertanyaan itu menggantung lama. D menggigit bibirnya. Matanya berkaca-kaca.


“Tiga ratus ribu…” suaranya nyaris hanya sehembusan napas.


Di luar, seseorang lewat membawa motor. Suaranya menggema. Tapi bagi S, dunia telah berhenti.


Tiga ratus ribu. Harga sebuah pengkhianatan. Harga runtuhnya martabat keluarga.


Namun itu belum selesai.


S melangkah selangkah lebih dekat. “Kamu tidur bareng dua kali. Tiga ratus ribu itu yang kedua? Yang pertama dibayar berapa?”


D menutup wajahnya. Suaranya bergetar. “Dua ratus ribu…”


Dan pada titik itu, seluruh amarah yang S kumpulkan pecah begitu saja. Ada suara tamparan. Ada isak. Ada renyahnya hati yang hancur seperti kaca jatuh dari lantai dua.


---


Warganet yang menonton videonya ramai-ramai menyamakan kisah itu dengan sinetron tentang ipar yang mematikan. Namun bagi S, ini bukan sinetron. Ini hidupnya. Hatinya. Kehormatannya. Keluarga yang ia bangun bertahun-tahun runtuh hanya dengan transaksi uang yang bahkan tidak cukup membeli sepasang sepatu baru.


R telah menghianatinya sebagai suami.

D telah menghianatinya sebagai darah daging.


Dan di ruko itu—di ruangan sempit yang kini dipenuhi bau debu, keringat, dan penyesalan—S sadar bahwa tidak ada yang lebih menyakitkan daripada dikhianati oleh orang yang justru ingin ia lindungi.


Selebihnya, dunia hanya jadi penonton. Tapi S harus berjalan lagi, menata sisa-sisa dirinya yang berserakan.


Karena dalam novel kehidupan yang ia jalani, bab ini memang kelam. Namun cerita belum selesai.

Tags

Posting Komentar