Penyebar Video Sudah Ditangkap, Data Kapolda Dibantah Pejabat Terkait
Fakta atas berita kedatangan WN China kini menjadi tumpang tindih. Ada kejanggalan dari pernyataan yang disampaikan pihak berwenang terkait masalah ini.
Sementara orang yang merekam dan menyebarkan video ditangkap polisi. Pria bernama Hardiono dari Desa Onewila, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) itupun dianggap sebagai penyebar informasi palsu.
Usai ditangkap pria berusia 39 tahun tersebut meminta maaf ke publik karena telah menimbulkan keresahan akibat video yang direkam dan narasi yang disampaikan dalam video tersebut.
Video itu menampilkan puluhan orang keluar dari sebuah ruangan dengan menenteng tas koper berukuran dan mayoritas kompak memakai masker penutup wajah.
"Satu pesawat, corona datang semua, Bandara Haluoleo," begitu suara yang muncul dari rekaman video tersebut.
Pernyataan ini seolah menyiratkan bahwa mereka yang datang adalah warga negara China dan membawa wabah virus corona baru atau Covid-19. Tersirat juga bahwa mereka tiba di Bandara Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Dugaan bahwa mereka adalah warga negara China yang tiba di Kendari ternyata benar. Kapolda Sulawesi Tenggara (Sultra) Brigjen Merdisyam memastikan kabar tersebut.
Namun demikian, dia membantah dugaan bahwa WN China tersebut adalah pembawa virus corona baru atau Covid-19.
Menurutnya, mereka semua sudah mengantongi surat dari karantina kesehatan dan dipastikan steril dari virus mematikan asal Wuhan, China.
Kepada wartawan, Merdisyam mengurai bahwa para WN China yang tiba di Kendari pada Minggu malam (15/3) itu bukan datang dari negeri tirai bambu, melainkan baru datang dari Jakarta.
"Saya sampaikan sekali lagi bukan dari China dan telah mengantongi surat dari karantina kesehatan pelabuhan,” tegasnya.
Merdisyam lantas menekankan bahwa para WN China yang belakangan diketahui sebagai tenaga kerja asing (TKA) tersebut belum pernah pulang ke negara asal sejak wabah corona muncul.
Para TKA disebut hanya pergi ke Jakarta untuk memperpanjang visa istimewa di Kantor Kedutaan Besar China.
Visa istimewa diberikan karena mereka tidak bisa lagi terbang ke China lantaran penerbangan ditutup pasca corona merebak.
Namun demikian, pernyataan ini agak sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan pihak Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Tenggara, Dr Saemu Alwi.
Secara detail, Saemu Alwi menyebut ada sebanyak 49 WNA yang masuk ke Bandara Haluoleo, Konawe Selatan pada Minggu malam tersebut.
Namun, dia membantah bahwa mereka adalah pekerja yang mengurus perpanjangan visa kerja.
"Kalau mereka urus perpanjangan kerja harus melalui Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja di daerah, tapi kita tidak pernah keluarkan, saya juga sudah melakukan pengecekan di kementerian tapi data mereka tidak ada," ujarnya kepada wartawan.
Seharusnya, lanjut Saemu Alwi, para pekerja tersebut tidak diperkenankan masuk. Ini lantaran ada imbauan dari Kementerian Ketenagakerjaan pada Februari 2020 lalu untuk tidak memberi izin bagi pekerja dari China masuk Indonesia, termasuk di Sultra.
"Jika mereka pekerja baru, maka seharusnya datanya ada di pusat, tapi faktanya mereka tidak punya data sama sekali sebagai pekerja," terang Saemu Alwi.
Adapun 49 WNA yang masuk tersebut belakangan diketahui sebagai pekerja di Perusahaan Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) yang beroperasi di Kabupaten Konawe.
Pernyataan Saemu Alwi ini seirama dengan apa yang disampaikan Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham RI untuk Sulawesi Tenggara, Sofyan.
Menurutnya, 49 orang yang masuk dari Bandara Haluoleo itu adalah orang baru. Mereka bukan bagian dari pekerja lama, juga bukan pekerja yang telah habis masa visa dan melakukan perpanjangan di Jakarta.
Dengan tegas Sofyan bahkan menyebut mereka merupakan warga dari Provinsi Henan, China. Provinsi ini berbatasan langsung dengan Hubei yang beribukota Wuhan, tempat virus corona muncul.
"Orang baru dari China, Provinsi Henan, bukan habis dari Jakarta memperpanjang visa atau izin kerja," urainya
Namun demikian, Sofyan membenarkan bahwa para WNA itu datang dari Jakarta pada 15 Maret dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia.
Hanya saja, di hari yang sama mereka juga didapati baru keluar dari Bangkok, Thailand menuju Jakarta.
"Benar WN China tersebut keluar dari Thailand pada tanggal 15 Maret 2020 berdasarkan cap tanda keluar Imigrasi Thailand yang tertera pada paspor. Bahwa benar pada tanggal 15 Maret 2020, WN Tiongkok tersebut mendarat di Bandara Soekarno Hatta," tutur Sofyan. (rmol)