Final Fenomenal PSMS vs Persib dan Pahlawan Kemenangan yang Dilupakan
Kota Medan mendadak sunyi senyap. Biasanya anak-anak muda wara-wiri di pusat kota menghabiskan malam minggu.
Namun malam itu, hari Sabtu 23 Februari 1985, jalanan tampak sepi dari lalu-lalang kendaran. Tiap sudut rumah menyalakan pesawat televisi.
“Apotik yang masih buka malam itu dikerumuni orang terutama pengemudi becak dayung untuk melihat siaran pertandingan bola,” demikian diwartakan Sinar Harapan 25 Februari 1985. Semua warga Medan ingin menyaksikan tim Ayam Kinantan – julukan tim PSMS – berlaga.
Final kejuaraan PSSI musim 1984/1985 mempertemukan PSMS Medan dan Persib Bandung. Persib dan PSMS punya tradisi kuat sebagai tim pelanggan laga final dalam liga perserikatan PSSI. PSMS sohor sebagai jawara Sumatera. Sedangkan Persib mulai menabalkan diri sebagai kesebelasan terkuat di ranah Jawa.
Kedua tim juga diperkuat oleh pemain-pemain kenamaan masa itu. Sebut saja Robby Darwis (bek), Adeng Hudaya (gelandang/kapten), dan Ajat Sudrajat (striker) yang menjadi top scorer, ada di kubu Maung Bandung – julukan Persib. Sementara itu, PSMS dikenal dengan kualitas mumpuni putra “Jadel” (Jawa Deli) nya, seperti Ponirin Meka (penjaga gawang), Sakum Nugroho (gelandang), dan Sunardi B (gelandang/kapten). Tak berlebihan jika laga kedua tim ini disebut-sebut sebagai el classico nya Indonesia.
Persib Bandung tampil dengan dukungan penuh suporternya. Jarak Jakarta yang tak begitu jauh, mengundang suporter Bandung berduyun-duyun datang ke Senayan. Mereka memadati Stadion Utama Senayan (kini Gelora Bung Karno) yang berkapasitas 120.000 penonton. Bangku-bangku stadion berjejal manusia yang menjadikan laga ini sebagai final terbesar sepanjang sejarah. Sekira 150.000 penonton memadati seluruh tribun.
“Angka tersebut merupakan rekor jumlah penonton sepanjang sejarah pertandingan sepak bola di tanah air,” tulis Suara Merdeka, 25 Februari 1985.
Drama 120+ Menit
Pukul 19.00 malam, wasit meniup pluit panjang tanda laga dimulai. Pertandingan berjalan seru dan sengit dalam tempo cepat. Pada babak pertama, PSMS unggul dua gol lewat kaki strikernya, M. Siddik. Di babak kedua Persib balik menekan dan mendominasi jalannya laga.
Tim Maung Bandung lantas menyamakan skor 2-2 melalui Iwan Sunarya dan Ajat Sudrajat. Hingga babak perpanjangan waktu dua kali lima belas menit, angka di papan skor tak berubah. Pertandingan pun dilanjutkan dengan adu penalti.
Dari lima penendang Persib, hanya Ajat Sudrajat yang mampu menjaringkan bola ke gawang Ponirin. Rupanya, ratusan ribu pasang mata penonton membuat para pemain Persib berada dalam tekanan. PSMS lebih mujur. Dua dari lima pemainnya berhasil mengeksekusi penalti.
Mameh Sudiono menjadi penentu kemenangan PSMS sebagai algojo terakhir yang sukses membobol gawang kiper Persib, M. Sobur. PSMS Medan menang atas Persib Bandung dengan skor 4-3 (2-2 waktu reguler dan 2-1 adu penalti).
Meski kalah, Persib menampilkan teknik bermain yang ciamik ditambah stamina yang stabil. Ketimbang PSMS, kerja sama diantara pemain Persib lebih padu. Sedangkan PSMS yang teknik sedikit di bawah Persib tampil dengan semangat fanatisme.
Menurut pelatih PSMS, Parlin Siagian, anak asuhnya bermain tanpa beban. Para pemain PSMS seluruhnya bangga atas nama besar mereka di bawah naungan kesebelasan Medan. “Jadi kekuatan kami sebenarnya hanya terletak pada kebanggaan,” ujar Parlin dilansir Sinar Harapan.
Suasana gegap gempita mewarnai kubu PSMS. Wakil Presiden, Umar Wirahadikusumah, menyerahkan langsung piala kemenangan kepada tim juara. Mulai dari tribun lapangan hingga penonton yang ada di Medan, sontak memekikkan, “Hidup PSMS, PSMS Menang, Horas!” Pendukung Persib pulang dengan sedih hati namun tetap berjiwa besar. Laga akbar itu tak berakhir ricuh.
Pesta Kemenangan di Medan
Setibanya di Medan, tim PSMS diarak keliling kota. Sejak turun dari Bandara Polonia, penduduk kota Medan membentangkan berbagai poster ucapan selamat. Sekelompok pemuda bahkan menyerahkan seekor ayam jago Kinantan – ayam aduan khas Sumatera Utara – kepada Bawono, manajer tim PSMS.
Di Lapangan Merdeka, yang menjadi alun-alun kota Medan, warga tumpah ruah menyambut tim kesayangan mereka. Para pemain disambut bak pahlawan, terutama penjaga gawang Ponirin.
“Tidak pernah ada orang sebanyak itu di Lapangan Merdeka sejak Presiden Sukarno berpidato disana tahun 1962,” tulis Kompas 27 Februari 1985. Sepak bola telah menjadi pesta rakyat saat itu.
Pahlawan Kemenangan yang Dilupakan
Sebuah posting di laman Facebook milik Indra Efendi Rangkuti, membagikan cerita tentang kondisi Mameh Sudiono, sang pahlawan kemenangan yang tengah butuh perhatian.
“Bagi pecinta PSMS Medan era 80-an pasti akan ingat sosok yang tendangan penaltinya memastikan PSMS Medan meraih Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1984/1985 untuk ke-6 kalinya usai menaklukkan Persib Bandung dalam penalti yaitu Mameh Sudiono,”
“Kini Beliau hidup dalam kondisi prihatin di hari tuanya yang harus kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya walau dirinya pensiunan pegawai Bea Cukai. Bang Mameh sendiri saat ini tidak punya tempat tinggal tetap bahkan sempat hidup nomaden,”
“Kini Beliau tinggal menumpang di rumah adiknya di Jalan Pancing Lingkungan 5 gang Sepakat No.28 Mabar Hilir ( Mabar ) Sumatera Utara. Bagi yang ingin membantu meringankan bebannya bisa mendatangi Beliau pada alamat tersebut. Semoga ALLAH SWT senantiasa melindungi Bang Mameh Sudiono,” tulis Indra dalam unggahannya.
Rencanakan Tali Asih
Sementara itu sebuah gerakan tali asih dilakukan pendukung setia PSMS Medan. Gerakan tersebut merupakan upaya mengumpulkan bantuan dari berbagai pihak untuk diberikan kepada Mameh Sudiono.
Dalam sebuah unggahan di akun Instagram @koranpsms, terlihat sejumlah legenda PSMS seperti Edy Suryanto berkunjung menemui Mameh Sudiono.
Selain bersilaturahmi, sebuah jersey PSMS Medan juga dihadiahi kepada Mameh Sudiono. Tidak hanya itu gerakan donasi juga dibuk bagi siapa saja ingin berpartisipasi menyisihkan rezekinya untuk sang legenda.
“Bank Mandiri atas nama Fahlevi Fadhlan Lubis, nomor rekening 1060088844421. Donasi akan dibuka hingga seminggu kedepan dan akan ditayangkan secara live saat penyerahannya,” tulis akun @koranpsms. (kompas/historia)
Posting Komentar