UN Sudah Dihapus, Ujian Hidup Rakyat Makin Berat, Mulai Dari Virus, PHK Hingga Bencana Alam
Berbeda dengan Ujiian Nasional yang sudah dihapus pemerintah, ujian hidup bagi rakyat Indonesia terus berdatangan. Di saat wabah corona masih mengintai dan pemutusan hubungan kerja alias PHK terjadi di mana-mana, banjir dan longsor menyerang beberapa daerah. Semoga bangsa ini lulus dari semua ujian ini.
Ujian paling berat yang dihadapi rakyat saat ini adalah wabah corona. Virus ini sudah menghantam segala sendi. Mulai dari membahayakan manusia sampai melumpuhkan ekonomi. Wabah ini juga belum diketahui kapan akan reda. Jumlah korban terus bertambah.
Sampai kemarin, yang terinfeksi 2.273 orang, meninggal 198 orang, dan berhasil disembuhkan 164 orang. Wabah corona ini sudah menyebar ke-32 provinsi.
DKI Jakarta menjadi yang paling banyak (1.124 orang). Disusul Jawa Barat (252), Jawa Timur (188), Banten (177), dan Jawa Tengah (120). Daerah di luar Jawa seperti Aceh, Bali, dan Bengkulu, mulai mengkhawatirkan dengan jumlah pasien positif rata-rara 35 kasus.
Jubir pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menerangkan, kasus positif terus bertambah karena masih terjadi penularan di tengah warga. Karena itu, Yuri terus menekankan pentingnya menjaga jarak dan tidak beraktivitas di luar rumah. Juga menjaga kebersihan tubuh, sering cuci tangan, dan memakai masker jika ke luar rumah.
Gara-gara corona ini, aktivitas ekonomi rakyat terganggu. Banyak perusahaan tutup. Penghasilan tukang ojek, sopir angkot, pedagang kaki lima, tukang bangunan, tukang parkir, pedagang pasar, sampai kuli panggul, berkurang drastis.
Bukan cuma rakyat kecil yang menjerit, pengusaha besar dan pengusaha hotel ikutan mengeluh. Banyak perusahaan akhirnya melakukan PHK lantaran penurunan produksi karena kesulitan bahan baku, penurunan dan pembatalan order, kesulitan pendistribusian produk, kesulitan spare part mesin produksi, sampai penurunan omzet.
PHK paling banyak terjadi di DKI. Menurut catatan Dinas Tenaga Kerja DKI, sebanyak 162.416 pekerja dari 18.045 laporan telah di-PHK atau dirumahkan tanpa mendapat upah.
Kepala Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta, Andri Yansyah, merinci, sebanyak 30.137 pekerja dari 3.348 perusahaan di-PHK. Sisanya, 132.279 pekerja dari 14.697 perusahaan dirumahkan tanpa upah.
Andri mengatakan, data tersebut akan segera dilaporkan ke Pemerintah Pusat untuk pendaftaran Kartu Pra-Kerja. Andri berharap, Pemerintah Pusat memperpanjang waktu pendaftaran Kartu Pra-Kerja bagi pekerja yang terkena PHK.
Sebab, waktu pendaftaran program itu terlalu singkat. Hanya empat hari atau dari Rabu sampai Sabtu kemarin. "Melihat waktunya yang sangat mepet, kami minta dari kementerian memberikan waktu tambahan. Karena khawatir banyak yang belum mendaftar," kata Andri saat dihubungi, kemarin.
PHK juga terjadi di Jawa Barat. Disnakertrans Jabar mencatat, ada 43 ribu karyawan dari 502 perusahaan sudah tak kerja lagi. Rinciannya, sebanyak 40.433 pekerja dirumahkan tanpa upah dan 3.030 pekerja terkena PHK. Data ini diambil hanya seminggu, dari 31 Maret sampai 4 April 2020. "Jumlah 43 ribu itu baru data awal yang masuk, dan pendataan belum selesai," kata Kepala Disnakertrans Jabar.
Keputusan merumahkan karyawan tidak hanya dilakukan perusahaan. Hotel juga. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani menerangkan, dalam data yang diterimanya, ada 1.139 hotel tutup.
Wakil Ketua Umum PHRI, Maulana Yusran menyebut, jumlah tersebut diperkirakan masih dapat bertambah jika pandemi corona berlangsung berkepanjangan. Sebab, hampir tak ada tamu yang menginap di hotel. Sejumlah pemesanan kamar dibatalkan.
Kondisi itu rata dirasakan secara menyeluruh di semua daerah. Tidak dipungkiri, kondisi ini menyebabkan sejumlah hotel merumahkan karyawannya.
"Ada yang melakukan PHK, namun tidak banyak. Kebanyakan melakukan unchecklist. Karena kalau PHK mereka butuh biaya lagi (untuk membayar uang PHK)," kata Maulana.
Di tengah kondisi menggetirkan ini, sebagian saudara kita terkena musibah banjir dan tanah longsor. Banjir terjadi di Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Tanah Paser, Kalimantan Timur. Banjir terjadi lantaran meluapnya sungai Kabdilo sejak Sabtu. Tiga desa terendam.
Ketinggian air berbeda-beda. Mulai dari selutut hingga sepinggang orang dewasa. Total, 6.000 jiwa terdampak. Laporan sementara menyebutkan, tidak ada korban jiwa dalam bencana banjir.
Namun, beberapa rumah dan bangunan rusak karena terdampak banjir dan kerugian masih dalam pendataan. Di kawasan Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, lebih menyedihkan. Sudah semingguan mereka hidup dengan banjir.
Beberapa daerah lain juga kena musibah berbeda. Yaitu tanah longsor. Seperti di Kelurahan Botong, Kecamatan Makale Selatan, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Longsor ini terjadi Sabtu dini hari kemarin.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tana Toraja, peristiwa tersebut menyebabkan tiga warga meninggal dunia, 20 kepala keluarga mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Longsor juga mengakibatkan satu unit rumah rusak berat dan satu titik jalan nasional terputus karena tertimbun material longsoran.
Musibah longsor juga terjadi di Nagari Guguak Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Enam rumah dilaporkan rusak. Kepala Pelaksana BPBD Tanah Datar, Thamrin Basrul, mengatakan, longsor terjadi kemarin pagi, sekitar pukul 05.30.
Dari enam rumah dihantam longsor, empat rumah di antaranya hancur. Sedangkan dua rumah hanya terkena lumpur. Masyarakat di Tanah Datar, Sumatera Barat, juga tertimpa bencana longsor. Hujan desar yang terjadi di wilayah itu sejak Sabtu menyebabkan tanah labil dan menimpa warga. [rm]
Posting Komentar