News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Dua Gempa Dalam Tiga Hari, Sulawesi Terancam Likuifaksi dan Tsunami Lagi!!!

Dua Gempa Dalam Tiga Hari, Sulawesi Terancam Likuifaksi dan Tsunami Lagi!!!

Sulawesi Terancam Likuifaksi

Pergerakan patahan bagian selatan Pulau Sulawesi patut diwaspadai. Gempa bumi yang terjadi di wilayah Kabupaten Wajo dan Kabupaten Sigi belum lama ini diakibatkan adanya pergerakan dari sesar tersebut.

Pakar Petrologi dan Geologi Ekonomi Universitas Hasanuddin, Dr Eng Adi Maulana mengatakan, hal ini patut diwaspadai meski di tengah pandemi virus corono yang terjadi sekarang ini.

"Kondisi ini tetap harus menjadi perhatian. Dua gempa yang terjadi dalam tiga hari terakhir ini diakibatkan pergerakan patahan atau sesar Walanae dan Sigi," kata Adi di Kota Makassar, Sulsel, Minggu (29/3/2020).

Menurut dia, dinamika bumi di Pulau Sulawesi dalam bentuk pergerakan patahan-patahan dinilai dapat membahayakan. Bencana tsunami dan likuifaksi di Sulteng pada 28 September 2018 lalu merupakan contoh kasusnya.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar sebelumnya menyebut telah terjadi aktivitas gempa bermagnitudo 4,9 di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Hal itu terjadi akibat pergerakan patahan atau sesar Walanae, patahan regional yang membelah tepat di tengah Pulau Sulawesi, melewati Kota Palu menuju ke arah tenggara, kembali aktif," ujar dia.

Kemudian pada 28 Maret 2020, daerah eks bencana Sigi ini kembali aktif dengan magnitudo 5,0. Bila melihat peta tektoniknya, terdapat garis yang merupakan jalur patahan yang bisa menimbulkan gempa berkala kecil sampai besar.

"Banyaknya patahan-patahan ini memang tidak mengherankan, sebab pulau Sulawesi terbentuk dari interaksi beberapa lempeng besar. Patahan Palu-Koro, begitu sebutannya," katanya.

Patahan Palu-Kuro merupakan salah satu yang sangat aktif dengan cakupan panjang dan punya beberapa bagian tambahan. Termasuk patahan Matano di Luwu Timur dan beberapa lainnya.

Dia mengimbau, masyarakat yang tinggal di daerah ini tetap tenang, tetapi harus selalu waspada seperti seharusnya yang tinggal di wilayah atau zona patahan.

"Saya yakin pasti kita semua sudah tahu harus bersikap dan bertindak. Begitu juga Institusi setempat, tetap siaga agar segala sesuatu bisa dimonitor," kata dosen Fakultas Teknik Unhas itu.

Tags