News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Sejarah 3 Pusat Keramaian di Petisah Zaman Dulu : Pajak Bundar, Medan Fair dan Taman Ria

Sejarah 3 Pusat Keramaian di Petisah Zaman Dulu : Pajak Bundar, Medan Fair dan Taman Ria

Pajak Bundar, 1925


Kawasan Petisah awalnya berada di sekitar Bundaran Majestik, termasuk Jalan Letjen S Parman sekarang. Sampai ke jembatan Jalan Kapten Maulana Lubis (arah ke Kantor Wali Kota Medan). 

Kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan yang paling ramai. 

Pada tahun 1915 terdapat pasar yang selalu ramai  di sekitar jembatan Jalan Guru Patimpus. Namanya Pajak Bundar.

 Disebut Pajak Bundar, kata TWH, karena pasar tersebut berbentuk lingkaran. Sayang, pesatnya pembangunan dan karena pelebaran jalan serta faktor lain, pasar tersebut hilang sekitar 1980-an.

 Barulah sekitar tahun 1980-an, Pajak Petisah dibangun dengan bangunan dua tingkat yang mengalami perubahan dan tetap berdiri dan ramai hingga sekarang. 

Dari foto peta udara di tahun 1933, terlihat “Pasar Boender” atau “Pasar Bundar” yang didirikan tahun 1915 di Medan. Di sebelah kiri ada jembatan Petisah. Dan ada pula Lapangan Kebun Bunga.

Foto udara lokasi Pajak Bundar, 1933


Bekas lokasi pasar ini dibangun Tugu Pendiri Kota Medan yaitu Guru Patimpus Sembiring Pelawi.

Kemudian saat Taman Ria didirikan pada 1970, dibangunlah pasar yang kini menjadi Pasar Petisah.

 Itu pun setelah Pusat Pasar dikembangkan terlebih dahulu dengan Olimpia.

Kemunculan Medan Fair menambah titik keramaian di Petisah. 

Medan Fair pertama kali dibuka pada tahun 1972. Tepatnya pada tanggal 29 Desember 1972 sampai 12 Februari 1973. 

Pembukaaan Medan Fair diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto yang sengaja datang ke Medan untuk mewakili Bapak Presiden Soeharto. 

Dalam Peresmian Medan Fair juga didampingi Gubernur Sumatera Utara Bapak Marah Halim Harahap dan Walikotamadaya Bapak Drs. Sjoerkani. 

Terdapat pula pemakaman untuk etnis Tionghoa, yakni di lokasi yang sekarang berdiri Mal Palladium dan Plaza Medan Fair. 

Karena perkembangan kota, Wali Kota Medan saat itu, Syurkani, memindahkan makam itu ke Jalan Perintis Kemerdekaan dan selanjutnya dipindahkan ke tempat yang tidak diketahui untuk dibangun menjadi Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU). 

Lokasi pemakaman tersebut diperkirakan pindah ke Tanjung Morawa dan Binjai. (snd)

Tags

Posting Komentar