News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Dituduh Mencuri, Siswa SMP Dipukuli Polisi, eh .. Ternyata Bapaknya Kapten TNI, Langsung Minta Maaf Lah...

Dituduh Mencuri, Siswa SMP Dipukuli Polisi, eh .. Ternyata Bapaknya Kapten TNI, Langsung Minta Maaf Lah...

Pelajar SMP, Alif Arya Pradana (15), didampingi ayahnya terbaring lemas di Rumah Sakit, usai dipukuli 3 orang oknum polisi yang mengaku salah tangkap.(Foto/FB)


Kasus dugaan salah tangkap terjadi di Salatiga, Jawa Tengah. Peristiwa nahas itu menimpa Kaesar Alif Arya Pradana (15), siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Salatiga, Warga Komplek Asrama Tangsi Besar Salatiga, pada Kamis (04/03/2021), kemarin.


Pelakunya adalah tiga oknum anggota Polisi yang bertugas di Polsek Tingkir Salatiga.


Arya yang merupakan anak kandung dari Kapten TNI Giyarno ini dianiaya dan dihajar di dalam mobil sembari mata serta mulutnya ditutupi lakban. Akibatnya, korban mengalami luka serius dan harus dirawat di RS Dokter Asmir Kota Salatiga.


Kapten TNI Giyarno, ayah kandung korban mengungkapkan, anaknya dituduh telah melakukan pencurian sepeda motor. Tuduhan ini merupakan pengakuan dari tersangka Angga, warga Tingkir yang telah ditangkap anggota Polsek Tingkir sebelumnya.


Dari pengakuan itu, akhirnya empat anggota Polsek Tingkir menjemput Arya ke sekolahnya di SMP Negeri 4 Salatiga, Kamis (04/03/2021) pagi sekitar pukul 06.30 WIB kemarin.


Begitu ditangkap, kedua tangan korban langsung diborgol di hadapan teman-teman sekolahnya. Kemudian dipaksa harus mau masuk mobil Daihatsu Xenia yang dibawa keempat anggota Polsek Tingkir tersebut.


Di dalam mobil itulah, mata dan mulutnya dilakban lalu dipukul berkali-kali pada kepala, maupun bagian tubuh yang lain.


"Tanpa izin dulu ke guru, langsung mencari saya. Begitu ketemu, tas saya dibawa langsung digeledah. Lalu, saya dibawa ke ruang guru dan dipaksa mengaku jika telah mencuri. Wong saya nggak mencuri, saya tetap tidak mengaku," kata Arya saat terbaring di Ruang Tulip 1 RS Dokter Asmir Salatiga didampingi ayahnya Jumat siang.


"Setelah itu dipaksa dibawa masuk mobil yang dibawa polisi itu. Dalam perjalanan tangan saya sudah diborgol, mata dan mulut saya dilakban, bahkan saya langsung dipukuli berkali-kali menggunakan tangan dan sandal saat di dalam mobil. Saya dibawa ke daerah Kebun Karet Setro," ujar korban.


Kedua polisi itu bahkan menyatakan berani melakukan ini karena jabatannya dipertaruhkan.


Usai dipukuli sampai lemas, kurang lebih pukul 08.30 WIB Arya langsung dikembalikan ke sekolahnya di SMPN 4 Salatiga.


Kapten Giyarno, ayah korban yang berdinas di Bagian Logistik Kodam IV/Diponegoro Kota Semarang, mengaku bahwa mendapatkan kabar anaknya diduga dianiaya polisi dari sang istri.


"Saya sendiri mendapat laporan dari istri saya sekitar jam dua siang. Istri mengatakan jika Arya telah dihajar dua orang polisi," kata Giyarno menambahkan.


"Saat itu istri saya memberitahu kejadian ini melalui telepon sambil menangis. Anehnya lagi, pihak guru tidak ada yang memberitahukan kejadian kepada saya atau istri saya serta saat Arya dibawa keluar oleh polisi itu, tidak ada guru yang melarangnya ataupun yang mengikuti kemana dibawa. Katanya, gurunya ketakutan dan dilarang mengikuti atau mendampingi Arya," jelasnya.


Mendengar kabar itu, Giyarno mengaku emosi. Menurutnya, saat itu masih pada jam belajar dan menjadi tanggung jawab sekolah atau guru. Namun, anehnya pihak sekolah masih tetap bungkam.


"Terus terang, anak saya yang masih di bawah umur diperlakukan seperti itu, saya tidak terima. Saya mendesak agar diproses sesuai hukum yang ada dan berjalan apa adanya. Yang saya pertanyakan, anggota polisi dalam mencari informasi mengapa nekat melakukan pemukulan dan pemaksaan. Sekali lagi, proses hukum harus tetap berjalan," tandasnya.


Sementara itu, Wakapolres Salatiga Kompol Yunaldi mengaku anggotanya memang melakukan pemukulan terhadap pelajar SMP tersebut. Mereka dari Polsek Tingkir, masing-masing Ipda AR, Aiptu TH dan Brigadir ED serta seorang anggota lagi sebagai sopir.


"Kami mengakui, itu adalah kesalahan prosedur yang dilakukan anggota dan sekarang masih diproses atau dimintai keterangan. Harusnya, gaya-gaya lama tidak dilakukan polisi, jika memang tidak ada pengakuan, maka alat bukti lain yang diperbanyak," akunya.


Saat ini, beberapa anggota polisi itu sudah menjalani pemeriksaan di Unit Profesi dan Pengamanan (Propam) Polres Salatiga, Jawa Tengah.(red/rel)

Tags

Posting Komentar