News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kenapa tidak dibawa ke Jakarta? Apa karena Natuna Lebih Mudah Dikorbankan?

Kenapa tidak dibawa ke Jakarta? Apa karena Natuna Lebih Mudah Dikorbankan?

Gambar: Persiapan "karantina" di Natuna dan jaraknya dari permukiman.

NATUNA DAN VIRUS. Terbetik kabar warga Natuna protes keras mengapa daerah mereka menjadi lokasi karantina warga Indonesia yang baru didatangkan dari Wuhan, Tiongkok.

Saya membaca beberapa komentar menyayangkan sikap warga Natuna itu. Bahkan ada yang sinis: kok warga Natuna tidak punya rasa perikemanusiaan dan kebangsaan.

Tapi, sebelum menghujat lebih lanjut, saya sarankan teman-teman dari luar Natuna melihat masalah lebih fair. Dan ada baiknya juga mendengar suara mereka.

Saya beberapa kali ke Natuna dan berteman karib dengan bang Rodhial Huda, tokoh yang punya wawasan maritim sangat luas dalam konteks keindonesian (dari segi itu dia seorang nasionalis).

Bang Rodhial adalah satu yang keras memprotes Natuna dijadikan dkawasan karantina coronavirus. Warga setempat seperti difait-accomplied untuk menelan keputusan itu; tidak pernah diajak bicara.

Keberatan utama warga Natuna adalah pemerintah tidak memiliki dan menyiapkan fasilitas karantina yang memadai. Padahal, menutut WHO, ini penyakit yang membutuhkan penanganan sangat ekstra. WHO sendiri menyebutnya sebagai "darurat global kesehatan".

Fasilitas karantina (pengobatan maupun pencegahan penularan) yang lebih memadai ada di Jakarta atau di kapal militer milik Angkatan Laut.

Warga Natuna bertanya: kenapa tidak dibawa ke Jakarta yang punya fasilitas lebih lengkap? Atau di kapal militer Angkatan Laut?

Apakah karena Natuna berisi orang bodoh yang lebih mudah dikorbankan?

Jika persiapannya tidak memadai dan tidak meyakinkan, tempat karantina di manapun akan menimbulkan protes. Coba bayangkan di Jakarta.

Persoalannya, menurutku, bukan Natuna atau tempat manapun. Persoalannya adalah cara pemerintah menangani soal ini.

Pemerintah gagap dan tidak siap, hampir di semua lini. Tak hanya teknis penanganan ancaman penyakit, tapi juga kebijakan dalam menangani wabah (keimigrasian, karantina).

Ini persis yang menjadi alasan mengapa WHO menetapkan coronavirus "darurat kesehatan global". Bukan semata luasnya wabah di China, tapi peluang virus ini menyebar ke negeri-negeri yang lemah sistem kesehatannya.

Apakah Indonesia termasuk yang secara implisit dikhawatirkan WHO, negeri dengan sistem kesehatan yang lemah? ***

Farid Gaban

Tags